Tari tradisional yogyakarta sudah ada sejak jaman dahulu,dan berasal dari kraton yogyakarta yang melambangkan suatu cerita kerakyatan,pergaulan,pada masa itu,yang diiringi oleh musik gamelan yang bernuansa tradisional.
hingga sekarang tarian traditional kerap ditampilkan untuk melestarikan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang,contoh tari traditional jogjakarta.
|
Add caption |
Tarian Serimpi merupakan tarian bernuansa mistik yang berasal dari Yogyakarta. Tarian ini diiringi oleh gamelan Jawa. Tarian ini dimainkan oleh dua orang penari wanita. Gerakan tangan yang lambat dan gemulai, merupakan ciri khas dari tarian Serimpi. Tarian srimpi sangopati karya Pakubuwono IX ini, sebenarnya merupakan tarian karya Pakubuwono IV yang memerintah Kraton Surakarta Hadiningrat pada tahun 1788-1820 dengan nama Srimpi sangopati kata sangapati itu sendiri berasal dari kata “sang apati” sebuah sebutan bagi calon pengganti raja. Tarian ini melambangkan bekal untuk kematian (dari arti Sangopati) diperuntukan kepada Belanda.
Tari Golek Manak disebut juga Beksa Golek Menak atau Beksan Menak. Mengandung arti menarikan wayang Golek Menak.
Tari Golek Menak merupakan salah satu jenis tari klasik gaya Yogyakarta yang diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Penciptaan tari Golek Menak berawal dari ide sultan setelah menyaksikan pertunjukkan Wayang Golek Menak yang dipentaskan oleh seorang dalang dari daerah Kedu pada tahun 1941. Disebut juga Beksa Golek Menak atau Beksan Menak. Mengandung arti menarikan wayang Golek Menak. Beksa Golek Menak bersumber dari cerita Menak Cina.
Proses penciptaan dan latihan untuk melaksanakan ide itu memakan waktu cukup lama. Pagelaran perdana dilaksanakan di keraton pada tahun 1943 untuk memperingati hari ulang tahun sultan. Bentuknya masih belum sempurna, karena tata busana masih dalam bentuk gladi resik. Hasil pertama dari ciptaan sultan tersebut mampu menampilkan tipe tiga karakter yaitu :
- Tipe karakter puteri untuk Dewi Sudarawerti dan Dewi Sirtupelaeli,
- Tipe karakter putra halus untuk Raden Maktal,
- Tipe karakter gagah untuk Prabu Dirgamaruta.
Tiga tipe karakter tersebut ditampilkan dalam bentuk dua beksan, yaitu perang antara Dewi Sudarawerti melawan Dewi Sirtupelaeli, serta perang antara Prabu Dirgamaruta melawan Raden Maktal.
Bahasa yang digunakan dalam dialog adalah bahasa bagongan. Busana yang dikenakan para penari mengacu pada busana Wayang Golek Menak Kayu, semua tokoh berbaju lengan panjang, sedangkan cara berkain menerapkan cara rampekan, kampuhan, cincingan, serta seredan disesuaikan dengan tokoh yang dibawakan.